Sabtu, 29 Desember 2018 1 komentar

Here I Come, Tokyo



Melarikan Diri

Kebiasaan sejak masih sekolah dulu adalah membuat bucket list.
Menjelang kuliah juga sama. Tapi setelah koas, bucket list tergantikan dengan requirement list.. wkwk. Kadang rutinitas koas benar-benar membawa penat. Seringkali berpikir untuk sedikit “melarikan diri” dari sini..

Hari itu semester baru setelah Ramadhan, beberapa forum chat online hampir bersamaan menampilkan informasi tentang pertukaran mahasiswa antar negara, ada sejenis short camp untuk mahasiswa kesehatan, ada juga tentang pertukaran kebudayaan. Entahlah rasanya ini seperti jalan yang ditunjukkan untuk melarikan diri..  Dan ternyata dalam bucket list tempo dulu, di no 64 tertulis “Keluar negeri dengan mengikuti event tingkat nasional / internasional”. Okelah Bismillah demi mencoret list satu ini..

 


Muslimah bepergian keluar negeri?

Dulu sempat secara serius cari info tentang pertukaran pelajar. Tapi mentok pada peraturan seleksi yang harus karantina, atau harus pakai busana tertentu, atau harus menarikan tarian daerah. Yang sangat “nggak gue banget”.. lebih tepatnya nggak bisa hehe. 
Kemudian kendala selanjutnya adalah masalah mahram saat bepergian jauh, mencari makanan yang halal, juga interaksi antar non mahram yang menjadi pertimbangan berat.

Soal mahram bagi muslimah saat bepergian jauh saya pernah baca sebuah ulasan tentang hal ini.
Ada beberapa pendapat memang, tapi Imam Malik menyatakan bahwa mahram bisa diganti dengan rombongan wanita yang bisa dipercaya selama perjalanan aman.
“Adapun yang disebut oleh sebagian ulama dari teman-teman kami, itu dalam keadaan sendiri dan jumlah yang sedikit. Adapun dalam keadaan jumlah rombongan sangat banyak, sedang jalan – yang dilewati – adalah jalan umum yang ramai dan aman, maka bagi saya keadaan tersebut seperti keadaan dalam kota yang banyak pasar-pasarnya dan para pedagang yang berjualan, maka seperti ini dianggap aman bagi wanita yang bepergian tanpa mahram dan tanpa teman wanita. “ (al-Muntaqa : 3/17)1

Kemudian karena program yang saya ikuti ini merupakan Islamic cultural exchange maka untuk urusan makanan halal, menjaga waktu shalat, dan hal-hal syariah lain InsyaAllah terjaga. Akhirnya program yang menurut saya cukup mengcover jalan keluar dari kendala tadi salah satunya adalah IFSEE (Islamic Fellowship for Student Exchange and Empowerment) (silakan cek sendiri websitenya jika butuh informasi lebih lanjut2 J). Program kali ini adalah belajar di Tokyo selama 1 minggu.

Proses Seleksinya?

Ada 3 tahap seleksi. Administrasi, essay, dan video kreatif. Semua prosesnya dalam bahasa Inggris. Singkat cerita akhirnya tahap demi tahap saya lakukan, promosi pendaftaran juga saya share ke grup online. Tapi tidak banyak yang tau kalau saya ikut seleksi, kecuali satu teman baiq ini, yang ngebantu shoot video (arigatou gozaimasu sudah mau direpotkan J ). Bahkan keluarga pun baru tau ketika sudah pengumuman lolos.. Satu lagi kendalanya adalah tahap seleksi yang selalu berbarengan dengan ujian bagian koas L

Nothing to Lose

Setelah semua tahap dilalui, sisanya biar Allah yang menentukan sambil berdoa semoga perjalanan ke Jepang menjadi salah satu rezeki saya tahun ini. Alhamdulillah Allah mengabulkannya dengan cara-Nya.
Lolos tahap seleksi bukan serta merta finalnya. Karena, agenda diselenggarakan tanggal 16-20 September dan saya menerima pengumuman tanggal 28 Agustus. Sebagai peserta yang lolos di chapter terakhir, dan sendirian pula, semuanya harus dipersiapkan sendiri dalam waktu yang mepet termasuk paspor dan visa yang menjadi tanggungjawab peserta. 

Kenekatan yang sempat terjadi waktu itu adalah saat harus membuat e-passport di Jakarta Utara, lalu mengurus visa waiver Jepang yang memakan waktu yang tidak singkat, dan dana yang lumayan. Tapi yah setidaknya berusaha dulu sampai batas limitnya, kalau Allah belum mengizinkan berangkat mungkin ada hikmah dibaliknya.. Selanjutnya tinggal tawakkal saja..  Komunikasi masih terus lanjut dengan peserta lain juga panitia penyelenggara.. 
H-3 keberangkatan akhirnya semua baru fiks. Total ada 10 delegasi final yang akan berangkat. Alhamdulillah..

Karena bumi Allah ini luas, berjalanlah diatasnya seluas ia dihamparkan. Akan banyak yang bisa dipelajari, diluar dari tempurung yang selama ini kita diami.

Kemudian dengan mengharapkan semoga Allah meridhoi perjalanan ini, akhirnya Tokyo here I come..













1. https://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/bolehkah-wanita-bepergian-tanpa-muhrim-dan-apa-batasannya-menurut-islam.htm#.XCd5BtIzZ0s

2. https://ifsee.org/
Minggu, 29 Juni 2014 0 komentar

Tips Sukses Ramadhan




Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah.. Allah masih berkenan membiarkan nafas ini sampai pada Ramadhan tahun ini. Ada hal-hal yang berubah, ada juga yang tetap pada tempatnya, semoga tidak mengurangi semangatnya.

Bagi ummat muslim tentunya ini bulan yang spesial, begitu banyak persiapan yang dilakukan, misalnya menyetok makanan untuk persediaan karena harga pasti bakal naik, membuat list menu berbuka, memesan tiket jauh-jauh hari untuk mudik, sampai memilih-milih baju lebaran selagi diskon di online shop. Itu semua boleh boleh saja, asalkan sewajarnya dan jangan sampai lupa dengan esensi Ramadhan itu sendiri.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagimu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan pada orang-orang sebelum kamu. Supaya kamu bertakwa” (Al -Baqarah:183)

Ramadhan adalah bulan suci tempatnya kita mendulang pahala, dan di akhir surah diatas dikabarkan secara tersurat bahwa tujuan Ramadhan adalah supaya taqwa hadir dalam diri kita.. maka selayaknya juga persiapan Ramadhan kita termasuk persiapan untuk meningkatkan taqwa, agar sukses Ramadhan kita kali ini. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencapainya, antara lain..


1. Berdoa dengan sepenuh hati dan berbahagia menyambut Ramadhan. Rasulullah sering berdoa dan sudah tidak asing di telinga kita.  
Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadan.” (HR. Ahmad dan Tabrani)

2. Berniat untuk memperbaiki diri di bulan Ramadhan. Dan niat ini terus dijaga bahkan saat menjalani ibadah di bulan Ramadhan

3. Warming up mulai dari jauh-jauh hari
Seperti halnya seorang atlet, untuk menghindari cedera dan gagal sebelum olimpiade perlu adanya pemanasan. Sama halnya dengan Ramadhan. Fisik, kesehatan, mental dan tidak lupa ibadah mesti dipersiapkan.
Untuk melaksanakan target tarawih setiap hari misalnya.. biasakan qiyamulail di bulan rajab atau syaban yang biasanya 2x seminggu menjadi 4x atau lebih.

Sebagai persiapan menyambut Ramadhan, Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata,
وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Saya sama sekali belum pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit hari.” 
 (HR. Muslim)

4. Bagi yang belum sempat membuat persiapan, jangan patah semangat lalu meninggalkan semua ibadah dengan alasan tidak siap. Tetapkan niat di hati dan berdoa, laksanakan sembari mendekatkan diri pada orang-orang shalih.

5. Buat target Ramadhan. Buat list target amal yaumiy atau target lain untuk meningkatkan ibadah kita. Sebagai referensi misalnya, buat target khatam + tadabbur Al-Quran, tarawih, tahajjud, dhuha, sedekah, member takjil bagi orang yang kurang mampu, menambah hafalan surah, membaca buku tertentu, dll.

6. Tulis target Ramadhan tersebut dan tempel di kamar. Sebagai reminder dan berfungsi juga untuk meningkatkan semangat Ramadhan J. Bila perlu tulis target kegiatan per hari mulai dari tanggal 1-30 Ramadhan. Dan beri tanda setiap selesai satu target.

7. Menjaga konsistensi. Lawan rasa malas dengan variasi kegiatan yang bermanfaat, dengarkan nasihat dan saling memberi nasihat. Menjaga target 1x khatam misalnya, dibuat sederhana dengan hitung-hitungan.. 1 juzz = 10 lembar. Maka untuk khatam 1x ada 300 lembar, dibagi dengan jumlah hari di bulan Ramadhan (untuk perempuan bisa dikurangi dengan waktu halangannya, misal 8 hari ), jadi 300 lembar/22 hari = 14 lembar/hari -> jika membaca tiap selesai shalat wajib + dhuha + ketika menunggu waktu berbuka 14/7 = 2 lembar… 1 lembar umumnya selesai dalam 5 menit, maka tinggal luangkan waktu 10 menit tiap waktu-waktu tersebut.. simple kan, tapi jangan lupa tadabburi juga isinya dan perbaiki bacaan Al Quran J

8. Hindari kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat, misal banyak menonton tv, film , musik, novel, terlalu banyak tidur juga tidak baik. Untuk refreshing bisa dengan memasak makanan kesukaan untuk menu takjil, dan jangan lupa dibagi ke tetangga.. sekalian juga bisa mempererat silaturrahim.

9. Jangan berlebihan ketika berbuka. Banyak orang menganggap puasa adalah “the real Hunger Games”.. berlapar-lapar dahulu, makan-makan kemudian. Percaya atau tidak hal ini sangat besar pengaruhnya, terlalu banyak makan ketika berbuka bisa membuat kantuk setelah maghrib, kemudian Isya dan tarawih jadi berat, target baca Al Quran jadi molor, bangun sahur juga susah, mengejar bacaan Quran besoknya sudah jenuh.. biasanya ini awal mula petaka target khatam tidak selesai.

10. Hadiri kajian Ilmu, bisa meningkatkan pemahaman dan menjaga semangat karena biasanya bertemu dengan orang-orang yang juga semangat dalam melaksanakan Ramadhan.

11. Muhasabah diri, dan bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat. Sehingga selepas Ramadhan kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dan bersih, itulah makna Idul Fitri sebenarnya, kembali fitrah, suci. Dan tentunya yang seperti itulah yang disebut orang-orang yang menang.

Semoga kita bisa menggapai keberkahan di tiap detik Ramadhan kali ini. Aamiin..
Wallahu a’lam Bishawab.






Selasa, 08 April 2014 0 komentar

Masih mau golput?

Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, MA. M. Phil.(Ketua MIUMI Pusat) :

"Jika anda tdk mau ikut pemilu karena kecewa dengan pemerintah & anggota DPR, atau parpol Islam. Itu hak anda. Tapi ingat jika anda & jutaan yg lain tidak ikut pemilu maka jutaan orang fasik, sekuler, liberal, atheis akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai kita. Niatlah berbuat baik meskipun hasilnya belum tentu sebaik yang engkau inginkan.

Ali bin Abi Thalib
"Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. TAPI karena DIAMNYA ORANG BAIK"

Wallahu a'lam bishawab

Sabtu, 08 Maret 2014 0 komentar

GOLONGAN PUTIH ATAU HITAM?


(Oleh Asma Nadia)

Menjelang pemilu mulai banyak yang menyebarkan ide untuk menjadi golput atau secara terbuka menyatakan diri akan golput. Golput atau golongan putih dikenal sebagai sebutan untuk warga negara yang sengaja menolak memilih dalam pemilu, sekalipun mempunyai hak pilih.

Ada yang menggelitik saya ketika mendengar lagi kata golput terutama mengacu pada singkatannya. Jika mereka yang menolak menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum disebut golongan putih, apakah berarti mereka yang me - milih dalam pemilihan umum kemudian menjadi golongan hitam? Bukankah putih sering dianggap sebagai kebalikan hitam? Bukankah putih selalu identik dengan kesucian, kebaikan, dan kebenaran? Lalu mengapa yang tidak memilih malah dianggap kelompok putih? Kalau mau tetap menggunakan warna, menurut saya, putih bukan warna yang tepat.

Saya pribadi selalu berusaha untuk memilih dalam pemilihan umum yang merupakan bentuk partisipasi minimal bagi warga negara dalam perubahan negeri. Jika setiap pemilih disebut sebagai golongan hitam, saya keberatan. Kadang terpikir, mengapa tidak kita sebut saja mereka yang tidak memilih dengan golongan hitam? Beri singkatan baru, golhit atau goltam. Tapi kalau kategori warna tidak cocok, ada beberapa usulan.

Pertama golmal atau golas kepen- dekan dari golongan malas karena orang yang memilih untuk tidak memilih dalam pemilu sebenarnya malas. Bukan malas datang ke tempat pemilihan umum (TPU), tapi malas untuk melu- angkan waktu mencari tahu siapa di antara semua kandidat yang ada yang bisa benar-benar atau lebih baik dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Mereka mengambil langkah mudah menyamaratakan semua kandidat tak layak.

Saya percaya masih ada politisi yang baik, yang masuk ke politik untuk berjuang bukan memperkaya diri dan ego. Untuk mengetahui mana yang baik mana yang busuk, kita harus mencari tahu, pelajari, bukannya malas mencari tahu dan memilih abstain. Atau bisa juga mereka kita sebut golpra alias golongan prasangka. Sengaja tidak memilih sebab beranggapan atau memukul rata semua politisi adalah busuk. Prasangka atau sikap menghakimi yang dikombinasikan dengan malas tentu saja merupakan komposisi yang buruk.

Bagaimana dengan sebutan golau? Golongan galau. Mereka tidak suka politisi dan perkembangan politik, tetapi memutuskan tidak memiliki andil untuk memperbaikinya. Hanya bisa sumpah serapah, mengeluh resah, tapi tidak bersedia terlibat bahkan sekadar memilih. Saya bukan tidak menyadari, situasi politik saat ini yang semrawut dan penuh kebusukan.Namun, selamanya tidak akan terjadi perubahan ke arah kebaikan jika kita memutuskan tidak melakukan apa-apa. Bangsa ini perlu solusi untuk memperbaikinya dan solusinya tentu saja bukan berlari atau menghilang seperti pengecut.

Salah satu solusinya, orang baik harus masuk politik. Kalaupun tidak mau, maka orang baik harus memilih orang baik lain yang mau berkorban masuk ke dalam politik. Yang membuat saya terusik adalah sebagian besar mereka yang dengan kesadaran memutuskan tidak memilih justru para intelektual, orang cerdas yang berpendirian dan berpihak pada kebenaran serta pro perubahan.

Apa jadinya jika warga negara berkualitas memilih tidak berperan dalam pemilu? Indonesia tercinta justru akan kehilangan banyak suara orang yang peduli dan berilmu. Mereka yang peduli harus bersatu hingga suara pro kebaikan lebih banyak, mengalahkan suara mereka yang plin plan, pemilih baru yang lugu, atau pemilih yang asal-asalan  yang bisa dibayar.

Jika tidak, pemilu hanya menghasilkan kandidat abal-abal: tidak berkualitas, sibuk memperkaya diri, dan ujung-ujungnya tersangkut korupsi atau pasif dan keberadaannya tidak memberikan angin positif bagi negeri.

Satu hal, sekalipun golongan yang tidak memilih banyak jumlahnya, pemilu tetap berjalan dan hasilnya tetap sah. Jadi kalau kandidat abal-abal tadi yang terpilih, masyarakat yang tidak memilih jelas ikut bertanggung jawab. Mumpung masih ada waktu, mari luangkan untuk mencari kandidat terbaik yang ada. Jangan sia-siakan kesempatan hanya karena prasangka, malas, dan galau. Jangan jadikan diri golongan hitam, golongan malas, golongan prasangka atau golongan galau. Pun jika akhirnya memutuskan tidak memilih, jangan lupa tetap mendaftar dan mengisi data agar nama sendiri tidak dimanipulasi atau dipakai untuk kepentingan politik busuk.

 
;